Program Pelatihan Kepemimpinan

Article

169_smart_tbk_jambi-6ad6f-2494_44-t598_25

Lima Tombol Ajaib

132_central_asia_raya-132ea-2494_43-t598_25

Bangkai dan Rongsokan

110_bank_mandiri_roadshow-76e3c-2494_42-t598_25

Berhenti Mengatur Masa Depan

169_smart_tbk_jambi-6ad6f-2494_44-t598_25

Lima Tombol Ajaib

Mempercepat kejaiban dalam hidup dapat
dilakukan semudah menekan lima tombol.
Lima tombol untuk mempercepat keajaiban dalam hidup:
Saya Bersyukur
Saya Berterima Kasih
Saya Mencintaimu
Saya Bersabar
Saya Berserah Diri

Hari ini begitu indah karena saya telah berpisah dengannya dalam ucapan syukur dan terima kasih. Sungguh lebih nyaman. Lebih terasa ringan kaki melangkah. Saat ini, saya hanya ingin hidup bersama ucapan syukur dan terima kasih atas apapun yang saya terima dalam kehidupan. Rezeki kecil, rezeki besar, rezeki nomplok, tak lagi dibedakan. Semua yang hadir dalam hidup adalah rangkaian kebaikan yang membuat saya semakin baik dan semakin hebat. Saya beryukur. Saya berterima kasih.

Andai saja saya memutuskan berpisah dengan hari dalam keluh kesah. Keluh kesah justru akan membuat tumpukan beban hidup semakin susah. Kehadirannya tidak pernah menghadirkan solusi, malah membuat resah. Tidak akan pernah terselesaikan kesulitan dalam hidup kita dengan keluhan bahkan dengan teriakan yang lantang dan keras sekalipun. Keluh kesah sering datang menyelinap melalu kata-kata. Kata-kata itu menggerakkan. Kata-kata itu refleksi kematangan diri. Jagalah kata, karena itu adalah doa.

Saat status FB dan BB tumpah ruah dengan sumpah serapah, energi bergerak ke arah apa yang diucapkan. Menggumpal menjadi energi kolektif yang juga akan memengaruhi yang lainnya. Sebuah tatanan indah yang seharusnya dijaga. Setiap menit yang Anda habiskan untuk memfokuskan diri pada masalah membuat Anda semakin sulit menemukan solusi. Berserah diri saja tatkala rangkaian usaha sudah dibentangkan. Hentikan untuk ikut campur dalam urusan hasil karena hasil adalah aturan Tuhan.

Percuma juga kalau seandainya kita ikut mengatur karena aturan kita belum tentu baik untuk kehidupan kita. Kita tidak memiliki pengetahuan yang cukup untuk memprediksi kebaikan-kebaikan apa yang bisa menimpa kita di kemudian hari. Bahkan sering kali sesuatu yang awalnya kita anggap tidak baik justru menghantarkan kita kepada sesuatu yang baik. Sebaliknya, ternyata sesuatu bisa jadi buruk meskipun kita menganggap itu baik. Saat kesulitan menimpa, tekan tombol kesabaran yang ada di dalam diri Anda.

Kesabaran selalu berbuah indah. Ia tak pernah salah. Tak pernah menghasilkan sesuatu yang salah arah. Kesabaran adalah tatkala kejadian yang menimpa tidak lagi mengganggu pikiran Anda dan menjadikan Anda lemah. Kesabaran bukan nrimo saja dengan situasi dan kondisi yang ada. Kesabaran ada tatkala kita sudah memaksimalkan segala daya upaya untuk mengatasi kesulitan yang ada. Kesabaran tidak berdiri sendiri. Ia akan lebih sangat “ajaib” jika ditambah dengan berserah diri.

Tombol Ajaib: Saya Bersyukur Rasa syukur lebih ke arah “terima kasih” kita pada apa yang telah Tuhan berikan kepada kita. Melakukan apa yang diperintahkan-Nya. Menutup diri pada apa yang dilarang-Nya. Rasa syukur bukan hanya sekadar ucapan semata. Ia hadir dalam bentuk tindakan nyata dalam keseharian hidup kita.

Tombol Ajaib: Saya Berterima Kasih Ucapkanlah terima kasih pada mereka yang telah membantu kehidupan Anda, sekecil apapun.Jangan pernah menyia-nyiakan bantuan yang pernah diberikan oleh orang lain walaupun hanya memberikan sesuatu yang menurut Anda tidak berharga. Kalau kita tarik sebuah garis ke masa lalu, betapa banyak orang yang telah begitu ringan tangan membantu kita sampai kita menjadi diri kita seperti ini. Diri kita saat ini, merupakan hasil sentuhan dari orang-orang di masa lalu yang pernah membantu kita. Saya berterima kasih.

Tombol Ajaib: Saya Mencintaimu Berulang kali, cinta disebut dalam buku ini. Hadirnya buku ini, karena ada cinta di dalamnya. Cinta terhadap profesi. Cinta ingin berbagi. Cinta benar-benar memudahkan segalanya. Apa yang kita lakukan, jika dibalut dengan rasa cinta, akan selalu menghasilkan mahakarya. Bukan sekadar pekerjaan biasa. Katakan pada pekerjaan Anda, pada perusahaan Anda, pada keluarga Anda, “Saya mencintaimu.”

Tombol Ajaib: Saya Bersabar Sebuah kata ajaib untuk mereka yang sedang tertimpa kesulitan. Hidup tidak selamanya berjalan sesuai dengan skenario penuh keindahan. Ada kalanya kita harus merasakan kesakitan, agar kita tahu bagaimana kebahagiaan. Bagi mereka yang sedang banyak mendapatkan kenikmatan, sabar pun adalah perisainya. Sabar untuk tidak sombong. Sabar untuk tetap rendah hati.

Tombol Ajaib: Saya Berserah Diri Banyak yang tidak bisa kita kendalikan dalam hidup. Banyak ketidakpastian yang bisa saja terjadi di masa depan. Banyak hal yang sering kali membuat kita sangat khawatir dengan apa yang terjadi dan yang akan terjadi. Berserah dirilah. Dengan berserah diri, hati menjadi luas. Setiap aliran napas, mampu terhirup penuh kelegaan. Tatkala setiap denyut jantung sudah diempaskan secara totalitas untuk berserah diri, tanpa sadar justru kita sedang menarik aliran energi kebaikan yang akan segera berbondong-bondong hadir dalam hidup kita.

132_central_asia_raya-132ea-2494_43-t598_25

Bangkai dan Rongsokan

Kerja keras setiap hari. Sebelum matahari terbit, kita bergegas untuk bekerja. Setelah matahari terbenam, bahkan sampai larut malam, kita baru pulang. Segala upaya kita kerahkan. Segala tenaga kita curahkan. Bahkan yang menyedihkan, banyak manusia yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan uang dan jabatan. Padahal, yang mereka sedang kejar hanyalah “bangkai dan rongsokan”. Coba kita renungkan lebih dalam, makanan seenak apapun, semahal apapun, akan berujung menjadi kotoran.

Mobil dan rumah semahal apapun, secanggih apapun, akan berujung menjadi rongsokan. Pria setampan apapun, wanita, secantik apapun akan berakhir menjadi bangkai. Semuanya pergi tersapu waktu. Gone with the wind. Rumah megah yang kita bangun, bukanlah milik kita. Mobil yang selama ini kita banggakan, bukan milik kita. Semua harta yang kita tumpuk hari demi hari, tak akan abadi berada di tangan kita. Lalu milik siapa? Tak lain dan tak bukan milik ahli waris kita.

Para ahli warislah yang akan menikmati apa yang kita usahakan dengan tetesan keringat bahkan air mata. Lalu mana harta yang akan menjadi milik kita? Yang menjadi milik kita adalah harta-harta yang kita keluarkan untuk jalan-jalan Semua kebaikan. Bagaimana setiap harta yang kita miliki, kita sisihkan untuk membantu sesama yang tak berdaya di sekitar kita. Dengan memiliki kesadaran bahwa ternyata ujung kerja keras kita hanyalah bangkai dan rongsokan, kita akan lebih bijak dalam melihat titipan harta yang ada di tangan kita.

Kita akan semakin menyadari tentang bagaimana seharusnya kita mencari harta. Tidak merusak hubungan kita dengan Tuhan, tidak sampai menghancurkan hubungan kita dengan teman dan kerabat. Kita tetap akan semangat untuk mencari “bangkai dan rongsokan” tersebut, semata-mata untuk kita alirkan kepada jalan-jalan yang akan mendekatkan kita kepada Sang Pencipta. Dengan menyadari bahwa yang kita kejar hanyalah “bangkai dan rongsokan” bukan berarti kita duduk berdiam diri hanya menunggu rezeki datang menghampiri.

Tentunya tidak demikian. “Barang dan rongsokan” hanyalah sebuah perumpaan tatkala kita hidup hanya untuk mencari uang dan menumpuk harta, tentunya itu bukanlah sebuah kehidupan yang seharusnya ada di hadapan kita. Dengan memahami “bangkai dan rongsokan”, kita tidak akan menjadi manusia-manusia yang sangat perhitungan dengan harta. Manusia-manusia yang tidak mau berbagi dengan sesama. Harta didekap sampai di ujung senja.

Renungan ini membawa saya pada kesimpulan yang berujung pada sebuah kesimpulan juga bahwa tidak perlu kita mengkhawatirkan rezeki. Apakah ia menghampiri atau pun tidak menghampiri. Tatkala ia menghampiri kita, memang itu sudah menjadi “jatah” yang kita miliki. Kalau belum menghampiri, itu artinya bukan “jatah” kita. Semua tidak akan salah arah. Semuanya datang dan pergi sesuai porsi dan aturan. Semuanya mengalir ke arah yang kadang tak terduga.

Yang paling penting, tidaklah ada kecewa di hati kita dengan menghitung serta membandingkan “jatah” kita dengan “jatah” orang lain. Semua sudah ada ukurannya. Sampai kita marah pun, rezeki yang sudah bukan milik kita, tidak serta-merta pindah menjadi bagian kita. Dengan keyakinan bahwa rezeki tak akan salah mengalir, kita menjadi tak perlu iri dengan apa yang menjadi bagian orang lain. Kalau iri dengan etos kerjanya, tentunya itu tak mengapa. Etos kerja adalah bagian kita. Kerja keras adalah ranah di dalam kendali kita.

Semangat adalah hal utama yang ada di dalam ruang respon kita. Meskipun demikian, hasil bukan menjadi bagian yang bisa kita atur sedemian rupa. Lepaskan ia kemanapun ia mau bergerak. Kalau maupun kita tarik, tariklah dengan doa agar ada lompatan rezeki yang mungkin bukan menjadi bagian kita, namun ternyata menghampiri kita. Hanya doa yang mampu mengubah segalanya. “Barang dan rongsokan”, dengan kesadaran ini, kita pada akhirnya memiliki spirit memberi dan berbagi. Dalam pemberian, kita akan menemui jati diri.

Saat memberi, kita akan menemukan diri kita yang sesungguhnya. Penelitian demi penelitian sudah mengungkapkan bagaimana hati yang suka memberi mampu memberikan dampak hebat dalam hidup seseorang. Ternyata, tindakan memberi mampu melindungi kesehatan menyeluruh dua kali lipat daripada hanya sekadar aspirin yang melindungi terhadap penyakit jantung. Bahkan dalam sepuluh tahun terakhir, terdapat sekitar lima ratus penelitian ilmiah yang serius untuk mencari korelasi kekuatan memberi dengan kesehatan.

Psikolog Paul Wink dari Wellesley College mempelajari hampir dua ratus orang yang telah diperhatikan sejak tahun 1920-an. Penelitian yang diprakarsai oleh Universitas California di Berkeley ini mengungkapkan bahwa ada kecenderungan mereka yang memiliki kebiasaan memberi saat duduk di SMU ternyata memiliki kesehatan fisik dan mental yang lebih hingga masa tua. Kesehatan jiwa semakin baik.

David Sloan Wilson, ahli biologi evolusioner dan Mihaly Csikszentmihalyi menemukan bahwa para remaja yang suka memberi, penuh harapan dan efektif secara sosial ternyata lebih bahagia dan lebih aktif terlibat, bersemangat dan tertantang daripada rekan-rekan mereka yang tidak terlalu melibatkan diri. Dalam memberi, dalam kemurahan hati, ada ketenangan jiwa. Ketenangan jiwa itu menyembuhkan dan ada dampak terhadap kesehatan. Sungguh luar biasa. Jadi, “bangkai dan rongsokan” harus tetap kita cari agar esensi memberi tetap berjalan dalam sebuah siklus kehidupan.
110_bank_mandiri_roadshow-76e3c-2494_42-t598_25

Berhenti Mengatur Masa Depan

“Yesterday is history, tomorrow is a mystery,
today is a gift of God, which is why we call
it the present.”
—Bill Keane


Saat datang matahari pagi, ada kesempatan sekali lagi untuk memperbaiki diri. Hari yang lalu biarlah berlalu. Hari mendatang belum tentu datang. Hari ini adalah sebuah episentrum penghubung aku dengan masa depanku. Menjaga hari ini sama dengan menjaga masa depan. Memperbaiki diri hari ini sama dengan memperbaiki masa depan. Janganlah kita disibukkan dengan mengkhawatirkan masa depan, jangan pula kita terbebani masa lalu. Jalani saja bagianmu, biar Tuhan yang menentukan hasilmu.

Stay in the present moment. All fear comes from thingking about the future or thingking about the past. Banyak manusia terjebak dalam putaran prediksi masa depan. Seolah sangat yakin saat melakukan tindakan A maka hasilnya pun akan A. Padahal tidaklah sesederhana itu. Ada tangan tak terlihat yang dengan kekuatannya lebih punya kuasa untuk menentukan hasil. Berhentilah mengatur hasil, berhentilah mengatur masa depan. Berhentilah memiliki sikap “sok tahu” dengan masa depan.

Kita benar-benar tidak pernah akan bisa tahu mengenai apa yang akan terjadi esok hari. Jangankan esok hari, bahkan seperti apa satu jam dari sekarang saja benar-benar di luar kuasa kita. Aturlah rencana Anda, aturlah aktivitas Anda, aturlah diri Anda dengan kedisiplinan, semangat, antusias, optimis dan lakukanlah yang terbaik. Meskipun demikian, kita tidak akan pernah mampu mendikte agar hasil yang kita inginkan sesuai dengan harapan kita. Yang paling penting adalah pelihara hari ini.

Falsafah jawa mengatakan :
Dina wingi wis kalungse
Dina sesuk disarantekake
Dina saiki sing kudhu dirasakake
Hari kemaren sudah lewat
Hari besok biarlah kita tunggu
Hari sekaranglah yang harus dirasakan.

Jika Anda ingin berubah, berubahlah sekarang. Titik balik itu ada di sini, hari ini, di titik kehidupanmu saat ini. Sungguhlah lelah, jika hanya menjadi penonton di tengah pertandingan kehidupan yang sungguh penuh kejutan. Pemenang kehidupan datang silih berganti dan kita menyaksikannya dengan decak kagum penuh apresiasi. Kita lalu lupa diri bahwa kita hanya menjadi seorang saksi dari perjalanan manusia-manusia unggul tanpa mencoba mencari tahu apa yang dimiliki manusia-manusia hebat yang menurut kita luar biasa itu.

Berhentilah mengatur masa depan yang justru membuat kita semakin memiliki pola hidup yang terlalu penuh dengan perhitungan. Selalu berhitung dengan selalu bertanya, “Apakah langkah ini akan menghantarkan aku pada sesuatu yang lebih baik? Masa depan yang lebih baik?” Bukankah masa depan merupakan akumulasi dan kristalisasi kejadian yang terbentuk dari setiap langkah dan tindakan yang kita lakukan? Ibnu ‘Athaillah, penulis buku Al Hikam, menuliskan bahwa berhenti mengatur masa depan adalah salah satu tingkatan cinta yang luar biasa.

Sebuah maqam para pecinta yang tenggelam dalam cintanya dan menyerahkan segala pilihan kepada Tuhan saja. Pilihan Tuhan adalah pilihannya. Seseorang yang menyerahkan segala pilihan pada kehendak Sang Pencipta, tak akan punya lagi waktu untuk ikut campur mengatur masa depan. Bisa jadi, yang kita anggap baik belum tentu ia baik. Bisa jadi, yang kita anggap jelek ternyata tak jelek. Kadang kala justru, takdir-takdir yang menurut kita jelek, justru menghantarkan kita pada hidup yang indah dan lebih bermakna.

Sebuah penyakit yang datang, akan dianggap baik karena ternyata penyakit itu menyebabkan diri seseorang sadar bahwa sebagai manusia ia lemah dan tak mampu berdaya jika dihadapkan dengan penyakit. Hatinya pun lalu tersentuh untuk menerima rangkaian hikmah yang pada akhirnya mendekatkan dirinya dengan Sang Pencipta. Ia luluh di tengah keadaan yang menikamnya. Ia lebur dalam untaian doa yang ia sampaikan dengan suara yang bergetar penuh khidmat.

Ya, hari ini, apapun yang terjadi, merupakan batu loncatan yang akan menghubungkan paragraf demi paragraf yang akan membentuk kisah masa depan. Jalinan cerita hari ini merupakan seri yang bersambung untuk menghantarkan kita pada sebuah kehidupan di masa depan. Yang terjadi hari ini, merupakan pola yang akan terjalin membentuk ornamen masa depan. Lalu, untuk apa kita lelah mengatur masa depan? Lakukan saja bagian kita hari ini, dengan semangat terhebat yang pernah ada. Hidup itu singkat dan sesaat, hiduplah dengan hebat.